Kamis, 19 Juni 2014

STRUKTUR KALIMAT MAJEMUK SETARA


STRUKTUR KALIMAT MAJEMUK SETARA
A.     Pengertian Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk koordonatif/setara terbentuk dari dua atau lebih kalimat tunggal, baik menggunakan kata tugas (penghubung) atau tidak. Kalimat ini disebut koordinatif karena hubungannya sejajar (setara). Bentuk-bentuk kalimat majemuk koordinatif yaitu:
a.       Kalimat koordinatif dapat digabungkan dengan tanda koma, jika kalimat yang digabungkan itu lebih dari dua kalimat. Pada kalimat tunggal terakhir diberi konjunsi dan yang sebelum konjungsi dan diberi tanda koma.
Struktur kalimat ini yaitu:
S/FN     P/Adj.     S/N     P/V     rel/Konj.     S/N     P/V
b.      Kalimat koordinatif secara sintaksis ditandai dengan   hadirnya konjungsi dan, lalu, kemudian, sambil dsb, apabila kedua kalimat itu sejalan atau setara
Struktur kalimat ini yaitu:
-         S/N    P/V     rel/konj.    S/N     P/V
-         S/N   P/V   rel/Konj.   S/Ө   P/V    konj.    S/ Ө    P/V
-         S/N    P/V    K/FN     rel/Konj.    S/N   P/V    O/N
-         S/N    P/V    O/N     rel/Konj.   S/ Ө    P/V    O/FN
c.       Kalimat koordinatif berlawanan dapat digabungkan dengan kata tugas tetapi, bukan-melainkan, sedangkan, sebaliknya, padahal dsb, jika kalimat itu menunjukkan pertentangan
Struktur kalimat ini yaitu:
-         S/Pron   P/F Adj.   rel/Konj.    S/ Ө      P/FV
-         S/Pron  Konj.   P/N   rel/Konj.    S/ Ө    P/FV
d.      Kalimat koordinatif yang memiliki hubungan sebab akibat secara eksplisit dinyatakan oleh partikel penghubung sebab itu, karena itu dsb.
Struktur kalimat ini yaitu:
S/Pron   P/V     O/N   rel/Konj.   S/ Ө     P/V

B.     Contoh Kalimat Majemuk Setara:
a.      S/FN     P/Adj.     S/N     P/V     rel/Konj.     S/N     P/V
Contoh:
Kepala Sekolah perhatian, guru-guru repot, dan siswa-siswanya ribut
 

S/FN       P/Adj.     S/N          P/V     rel/Konj.     S/N             P/V

Jika kita perhatikan, contoh tersebut tersusun dari 3 klausa, 2 klausa bebas dan 1 klausa terikat, yaitu:
a)      Kepala Sekolah perhatian
b)      Guru-guru repot
c)      Siswa-siswanya ribut
Konstruksi ( c ) dikatakan terikat karena adanya kata ganti kepunyaan orang ketiga (-nya) pada kata siswa-siswa yang terikat pada konstruksi (a) dan (b). Jika kita analisis berdasarkan fungsi sintaksisnya, Kepala Sekolah sebagai subjek pada konstruksi (a), dan perhatian sebagai predikatnya; guru-guru sebagai subjek pada konstruki (b) dan repot sebagai predikatnya; serta siswa-siswanya  sebagai subjek pada konstruksi ( c ) dan ribut sebagai predikatnya sedangkan dan menduduki fungsi relator. Selanjutnya, jika dianalisis berdasarkan kategorinya,
a)      Kepala Sekolah (FN) perhatian (Adj.)
b)      guru-guru (N) repot (V)
c)       siswa-siswanya (N) ribut (V)
sedangkan dan menduduki peran sebagai konjungsi.

b.      1. S/N    P/V     rel/konj.    S/N     P/V
Contoh:
Saya menggambar dan Adik belajar

S/N      P/V     rel/konj.    S/N     P/V


2.   S/N   P/V   rel/Konj.   S/Ө   P/V    konj.    S/ Ө    P/V
Contoh:
                                    S/Ө       S/ Ө    
Andi memasak, lalumakan, -  kemudian berangkat
                                                                   
S/N      P/V  rel/Konj.   P/V        konj.        P/V
3.   S/N    P/V    K/FN     rel/Konj.    S/N   P/V    O/N
Contoh:
Ibu menunggu ayah tenang, sesudah itu ia memulai pembicaraan

S/N    P/V    K/FN                rel/Konj.    S/N   P/V    O/N
4.   S/N    P/V    O/N     rel/Konj.   S/ Ө    P/V    O/FN
Contoh:
Saya menyelesaikan tugas sambil -  menikmati musik tengah hari
 

S/N                P/V       O/N    rel/Konj.   S/ Ө    P/V         O/FN
c.       1.  S/Pron   P/F Adj.   rel/Konj.    S/ Ө      P/FV
Contoh:
Sari tidak malas, tetapikurang berusaha

S/Pron P/F Adj.  rel/Konj.    S/ Ө      P/FV
2.      S/Pron  Konj.   P/N   rel/Konj.    S/ Ө    P/FV
Contoh:
Ia bukan preman, melainkanmalaikat penolong

S/Pron Konj.   P/N   rel/Konj.    S/ Ө    P/FV


d.      S/Pron   P/V     O/N   rel/Konj.   S/ Ө     P/V
Contoh:
Adi melanggar peraturan, karena itu - dihukum
 

S/Pron   P/V     O/N   rel/Konj.   S/ Ө     P/V



Sumber materi: Materi Pokok Perkuliahan Sintaksis BI (LaYani Konisi, 2014)

contoh makalah perencanaan pengajaran


BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Perencanaan adalah pemikiran sebelum pelaksanaan sesuatu tugas. Jadi Perencanaan Pengajaran berarti pemikiran tentang penerapan prinsip-prinsip umum mengajar tersebut di dalam pelaksanaan tugas mengajar dalam suatu situasi interaksi guru dan murid, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
Karena dengan perencanaan itu, maka seseorang guru akan bisa memberikan pelajaran dengan baik, karena ia dapat menghadapi situasi di dalam kelas secara tegas, mantap dan fleksibel. Karena membuat perencanaan yang baik, maka seorang akan tumbuh menjadi seorang guru yang baik. Seorang bisa menjadi guru yang baik adalah berkat pertumbuhan, berkat pengalaman dan akibat dari hasil belajar yang terus menerus, walaupun faktor bakat ikut pula berpengaruh.
Selanjutnya, untuk lebih memahami mengenai perencanaan pengajaran tersebut, dalam makalah ini yang berjudul “Pentingnya Perencanaan Pembelajaran”  akan dibahas pengertian perencanaan pengajaran dan pentingnya perencanaan pengajaran.
B.     Rumusan Masalah
Mengapa perencanan pengajaran itu penting dalam proses pembelajaran?
C.     Tujuan
Untuk membahas pentingnya perencanaan pengajaran dalam proses pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A.     Pengertian Perencanaan Pengajaran
Secara mendasar, pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Dalam arti sempit pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan umumnya di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Sedangkan para ahli psikologi memandang pendidikan sebagai pengaruh orang dewasa terhadap anak yang belum dewasa agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosialnya dalam masyarakat.
Dilihat dari sudut proses bahwa pendidikan adalah proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya dan yang akan menimbulkan perubahan pada dirinya yang memungkinkan ia berfungsi sesuai kompetensinya dalam kehidupan masyarakat (Syaiful, 2005: 5).
Menurut Charles E. Silberman, pendidikan tidak sama dengan pengajaran, karena pengajaran hanya menitikberatkan pada usaha mengembangkan intelektualitas manusia. Sedangkan pendidikan berusaha mengembangkan seluruh aspek kepribadian dan kemampuan manusia, baik dilihat dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Pendidikan mempunyai makna yang lebih luas dari pengajaran, tetapi pengajaran merupakan sarana yang ampuh dalam menyelenggarakan pendidikan (Ibid:5).
Jadi pengajaran merupakan bagian dari pendidikan, mengacu pada konsep yang lebih luas dan lintas kultural masyarakat Indonesia yang demikian majemuknya, maka pendidikan diselenggarakan berdasarkan rencana yang matang, mantap, jelas dan lengkap, menyeluruh, rasional, dan obyektif menjadikan peserta didik menjadi warga negara yang baik.
Perencanaan adalah proses penetapan dan pemanfaatan sumber daya secara terpadu yang diharapkan dapat menunjang kegiatan-kegiatan dan upaya-upaya yang dilaksanakan secara efisien dan efektif dalam mencapai tujuan. Dalam hal ini, Gaffar menegaskan bahwa perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan berbagai keputusan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan yang ditentukan (Syaiful, 2005:141).
Perencanaan pengajaran merupakan satu tahapan dalam proses pembelajaran yang sangat bergantung kepada kompetensi keguruan seorang guru. Guru yang baik berusaha sedapat mungkin agar pengajarannya berhasil. Salah satu faktor yang bisa membawa keberhasilan itu ialah bahwa sebelum masuk ke dalam kelas, guru senantiasa membuat perencanaan pengajaran sebelumnya. Perencanaan pengajaran merupakan suatu program bagaimana mengajarkan apa-apa yang sudah dirumuskan dalam kurikulum.
Pengajaran berkenaan dengan kegiatan bagaimana guru mengajar serta bagaimana siswa belajar. Kegiatan pengajaran ini merupakan suatu kegiatan yang disadari dan direncanakan. Suatu kegiatan yang direncanakan atau kegiatan berencana menyangkut tiga hal, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Demikian juga halnya dengan pengajaran. Setiap guru semestinya melakukan persiapan mengajar sebelum memasuki suatu proses pembelajaran.
Persiapan mengajar pada hakekatnya merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan atau memproyeksikan tentang apa yang akan dilakukan. Dengan demikian, persiapan mengajar merupakan upaya untuk memperkirakan tindakan yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran berbasis kompetensi, yakni: kompetensi dasar, materi standar, indikator hasil belajar, dan penilaian berbasis kelas (PBK). Kompetensi dasar berfungsi mengembangkan potensi peserta didik; materi standar berfungsi member makna terhadap kompetensi dasar; indikator hasil belajar berfungsi menunjukkan keberhasilan pembentukan kompetensi pada peserta didik; sedangkan PBK berfungsi mengukur pembentukan kompetensi, dan menentukan tindakan yang harus dilakukan apabila kompetensi dasar belum terbentuk atau belum tercapai (Darmadi:112).
B.     Pentingnya Perencanaan Pengajaran
Pengajaran berkenaan dengan kegiatan bagaimana guru mengajar serta bagaimana siswa belajar. Kegiatan pengajaran ini merupakan suatu kegiatan yang disadari dan direncanakan. Suatu kegiatan yang direncanakan atau kegiatan berencana menyangkut tiga hal, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Demikian juga halnya dengan pengajaran. Setiap guru semestinya melakukan persiapan mengajar sebelum memasuki suatu proses pembelajaran.
Persiapan mengajar pada hakekatnya merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan atau memproyeksikan tentang apa yang akan dilakukan. Dengan demikian, persiapan mengajar merupakan upaya untuk memperkirakan tindakan yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran berbasis kompetensi, yakni: kompetensi dasar, materi standar, indikator hasil belajar, dan penilaian berbasis kelas (PBK). Kompetensi dasar berfungsi mengembangkan potensi peserta didik; materi standar berfungsi member makna terhadap kompetensi dasar; indikator hasil belajar berfungsi menunjukkan keberhasilan pembentukan kompetensi pada peserta didik; sedangkan PBK berfungsi mengukur pembentukan kompetensi, dan menentukan tindakan yang harus dilakukan apabila kompetensi dasar belum terbentuk atau belum tercapai (Darmadi:112).
Hamid Darmadi selanjutnya menegaskan bahwa perencanaan persiapan mengajar sesungguhnya bertujuan mendorong guru agar lebih siap melakukan kegiatan pembelajaran dengan perencanaan yang matang. Oleh karena itu, setiap akan melakukan pembelajaran guru wajib melakukan persiapan, baik persiapan tertulis maupun tidak tertulis. Dosa hukumnya bagi guru yang mengajar tanpa persiapan, dan hal tersebut hanya akan merusak mental dan moral peserta didik (Ibid:115).
Perencanaan pengajaran (Instructional Design) dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu:
1.      Perencanaan pengajaran sebagai sebuah proses adalah pengembangan pengajaran secara sistematik yang menggunakan secara khusus teori-teori pembelajaran dan pengajaran untuk menjamin kualitas pembelajaran. Dalam perencanaan ini kebutuhan dianalisis dari proses belajar dengan alur yang sistematik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Termasuk di dalamnya melakukan evaluasi terhadap materi pelajaran dan aktivitas-aktivitas pengajaran.
2.      Perencanaan pengajaran sebagai sebuah disiplin adalah cabang dari pengetahuan yang senantiasa memperhatikan hasil-hasil penelitian dan hasil-hasil penelitian dan teori-teori tentang strategi pengajaran dan implementasinya terhadap strategi-strategi tersebut.
3.      Perencanaan pengajaran sebagai sains (Science) adalah mengkreasi secara detail spesifikasi dari pengembangan, implementasi, evaluasi dan pemeliharaan akan situasi maupun fasilitas pembelajaran terhadap unit-unit yang luas maupun yang lebih sempit dari materi pelajaran dengan segala kompleksitasnya (Ibid: 136-137).
Mengacu pada berbagai sudut pandang tersebut, maka perencanaan program pengajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pengajaran yang dianut dalam kurikulum. Penyusunan perencanaan program pengajaran sebagai sebuah proses, disiplin, ilmu pengetahuan, realitas, sistem dan teknologi pembelajaran bertujuan agar pelaksanaan pengajaran berjalan lebih lancar dan hasilnya lebih baik. Kurikulum khususnya GBPP menjadi acuan utama dalam penyusunan perencanaan pengajaran, namun kondisi sekolah dan lingkungan sekitar serta kondisi siswa dan guru merupakan hal-hal penting yang harus diperhatikan (Sujana, 2005:107-110).
Perencanaan pengajaran dewasa ini terkait dengan teknologi pendidikan yang menekankan pengajaran sebagai suatu sistem. Dapat dijelaskan bahwa pengajaran sebagai sistem merupakan suatu pendekatan mengajar yang menekankan hubungan sistemik antara berbagai komponen dalam pengajaran. Hubungan sistemik mempunyai arti bahwa komponen yang terpadu dalam suatu pengajaran sesuai dengan fungsinya saling berhubungan satu sama lain dan membentuk satu kesatuan. Hubungan sistemik atau penekanan kepada sistem merupakan ciri pertama dari pengajaran ini. Ciri kedua adalah penekanan kepada perilaku yang dapat diukur atau diamati (Harjanto, 2010:32).
Dalam perencanaan kegiatan pembelajaran, pendidik perlu menentukan tujuan yang jelas mengenai apa yang hendak dicapai dan mempertimbangkan alasan mengajarkan hal itu, yakni alasan menyampaikan suatu pokok bahasan, sehingga arah pekerjaan pendidik terarah dan efektif. Karenanya, pelajaran yang disajikan harus mempunyai perencanaan, pengoreksian, atau kesesuaiannya dengan rencana pelajaran. Jelasnya, tujuan seorang pendidik dalam membuat rencana pelajaran adalah agar tercipta kondisi aktual sehingga dapat mendukung pencapaian tujuan pengajaran yang ditetapkan secara optimal, baik tujuan khusus maupun tujuan umum.
Hal yang termasuk cukup penting dalam perencanaan pengajaran adalah pemilihan bahan ajar. Dalam pemilihan bahan ajar ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan. Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi prinsip relevansi, konsistensi dan kecukupan (Annurahman, 2009:80). Prinsip relevansi artinya materi pembelajaran harus relevan atau ada kaitannya dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Prinsip konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi emapat macam. Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan.


















BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Ø  Perencanaan pengajaran merupakan satu tahapan dalam proses pembelajaran yang sangat bergantung kepada kompetensi keguruan seorang guru.
Ø  Penyusunan perencanaan program pengajaran sebagai sebuah proses, disiplin, ilmu pengetahuan, realitas, sistem dan teknologi pembelajaran bertujuan agar pelaksanaan pengajaran berjalan lebih lancar dan hasilnya lebih baik. Hal yang termasuk cukup penting dalam perencanaan pengajaran adalah pemilihan bahan ajar. Dalam pemilihan bahan ajar ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan. Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi prinsip relevansi, konsistensi dan kecukupan (Annurahman, 2009:80). Prinsip relevansi artinya materi pembelajaran harus relevan atau ada kaitannya dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Prinsip konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi emapat macam. Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan.



DAFTAR PUSTAKA

Afifudin. 2012.  Perencanaan Pengajaran dalam Proses pembelajaran. Bone: STAIN.
Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran, Cet. II; Bandung: Alfabeta.
Darmadi, Hamid. 2009. Kemampuan Dasar Mengajar.  Cet.I, Bandung: Alfabeta.
Harjanto.  2010. Perencanaan Pengajaran: Komponen MKDK. Cet. VII; Jakarta: Rineka Cipta.
Sagala, Syaiful. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Cet. II. Bandung: Alfabeta.
Sujana, Nana. 2005. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Cet. V. Bandung: Sinar Baru Algesindo.