DIKSI
DALAM KARYA TULIS ILMIAH
A.
Pengertian Diksi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diksi
diartikan sebagai pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk
mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan.
Dari pernyataan itu tampak bahwa penguasaan kata seseorang akan mempengaruhi
kegiatan berbahasanya, termasuk saat yang bersangkutan membuat karangan.
Menurut Wikipedia, diksi dalam arti aslinya dan pertama, merujuk pada
pemilihan kata
dan gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara. Arti kedua, arti
"diksi" yang lebih umum digambarkan dengan enunsiasi
kata seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami
hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan pengucapan
dan intonasi, daripada pemilihan kata dan gaya.
Setiap kata memiliki makna tertentu untuk membuat
gagasan yang ada dalam benak seseorang. Bahkan makna kata bisa saja “diubah”
saat digunakan dalam kalimat yang berbeda. Hal ini mengisyaratkan bahwa makna
kata yang sebenarnya akan diketahui saat digunakan dalam kalimat (Ukun
Suryaman, 1998:8). Lebih dari itu, bisa saja menimbulkan dampak atau reaksi
yang berbeda jika digunakan dalam kalimat yang berbeda.
Berdasarkan hal itu dapat dikatakan bahwa diksi
memegang tema penting sebagai alat untuk mengungkapkan gagasan dengan
mengharapkan efek agar sesuai.
Didalam karangan ilmiah, kata yang digunakan harus
berbentuk formal dan digunakan secara konsisten (taat asas). Oleh karena itu,
pilihan kata dalam penulisan karangan ilmiah harus baik dan benar, sehingga
makna yang diacunya tepat dan jelas (T. Fatimah Djajasudarma, 1999:77).
Diksi merupakan pemilihan kata dan kejelasan lafal
untuk memperoleh efek tertentu dalam bahasa lisan dan tulisan. Untuk
mendapatkan efek tertentu itu, seseorang yang akan berbicara atau menulis harus
memilih kata yang dapat mewakili gagasannya dengan tepat. Disamping itu, ia
juga memerlukan kemampuan untuk membedakan nuansa-nuansa makna dari gagasan
yang disampaikan dan menemukan kata yang sesuai dengan konteks pemakaiannya.
Contoh :
1.
Kata pahit bersinonim dengan kata
getir. Ketika ingin menggunakan kedua kata tersebut kita harus
memperhitungkan konteksnya kata pahit dan getir berterima pada
konstruksi pengalaman yang pahit dan pengalaman yang getir, tetapi
tidak berterima pada konstruksi obat itu getir.
2.
Kata meneliti, menyelidiki, dan mendiagnosis
secara praktis mengacu kepada aktifitas yang hampir sama, akan tetapi
ketiga kata tersebut tidak bisa saling menggantikan. Maksudnya, masing-masing
kata memiliki penggunaan yang berbeda sesuai dengan nuansa makna yang
dikandungnya. Kata meneliti digunakan untuk menyebut aktifitas yang terencana,
sistematis, dan menggunakan metode ilmiah. Hasil dari aktivitas ini
dikomunikasikan dalam bentuk tertulis yang disebut dengan laporan
penelitian.
Kata menyelidiki digunakan untuk menyebut
aktifitas yang mengacu kepada upaya-upaya mencari bukti-bukti yang
mendukung pernyataan seseorang. Aktivitas ini dilakukan oleh orang-orang yang
berwenang menangani kasus hukum, seperti polisi. Produk dari aktivitas ini
dikenal dengan hasil penyelidikan.
Kata mendiagnosis terkait dengan aktivitas
para medis-dokter-yang dilakukan atas dasar keluhan pasiennya. Aktivitas itu
dilakukan dalam rangka menyimpulkan jenis penyakit yang diderita pasien melalui
gejala-gejala yang dirasakan pasiennya atau indikator-indikator lain yang
terlihat dari fisik pasien. Hasil dari aktivitas ini dikenal dengan diagnosis
(Hetti Waluati Triana, 2003: 41).
Jika dalam bahasa
setiap kata hanya melambangkan tepat suatu objek atau konsep, akan berkuranglah
kesulitan komunikasi antara anggota suatu
masyarakat. Kenyataannya tidak demikian. Hubungan antara kata dengan
maknanya sering menjadi rumit.
Ada beberapa kata yang mempunyai makna yang sama
atau mirip, seperti kata-kata:
1)
muka, paras, wajah, tampang;
2)
hasil, produksi, prestasi, keluaran;
3)
rancangan, rencana, desain;
4)
urutan, peringkat;
5)
musykil, sulit, rumit, sukar.
Ada pula kata-kata yang mempunyai beberapa makna
yang berdekatan atau erat hubungannya, misalnya kata-kata seperti:
1)
coklat
2)
canggih
3)
susah
4)
laju
5)
asam
Di samping itu masih ada lagi kelompok kata-kata yang
sama bunyi atau tulisannya (homofoni =
sama tulisan) yang mempunyai arti yang sama sekali tidak berhubungan (Ukun,
et al, 1998:84).
Contoh:
Homograf
1) teras
= inti (e diucapkan seperti dalam
kata “beras”)
teras = bagian bangunan (e diucapkan seperti dalam kata “elok”)
2) sedan
= tangis
sedan = mobil
Homofoni
1) buku
(kitab)
buku (bagian diantara 2 ruas)
2) tampang
(muka)
tampang (bibit)
3) salam
(nama pohon, daunnya untuk bumbu)
salam (damai, kependekan dari
assalamu’alaikum, pernyataan hormat, tabik dan sebagainya)
4) rapat
(pertemuan)
rapat (tidak ada/pendek jaraknya)
B.
Syarat-Syarat
Pemilihan Kata
Menurut Ukun Suryaman (1998:169), diksi atau pilihan
kata harus diarahkan pada kata yang:
a.
tepat, yaitu kata yang maknanya sesuai dengan makna yang ingin disampaikan dan sesuai
dengan tempatnya dalam kalimat;
b.
benar, yaitu kata yang penulisannya
sesuai dengan kaidah ejaan dan pembentukan kata;
c.
baku/lazim, yaitu kata yang sudah
dibakukan atau sudah menjadi milik bahasa Indonesia dan bukan kata-kata yang
hanya atau masih dipakai di daerah-daerah tertentu.
Contoh paragraf
:
a.
Hari ini Aku
pergi ke pantai bersama dengan teman-temanku. Udara di sana sangat sejuk. Kami
bermain bola air sampai tak terasa hari sudah sore. Kami pun pulang tak lama kemudian.
b.
Liburan kali
ini Aku dan teman-temanku berencana untuk pergi ke pantai. Kami sangat senang
ketika hari itu tiba. Begitu sampai disana kami sudah disambut oleh semilir
angin yang tak heti-hentinya bertiup. Ombak yang berkejar-kejaran juga seolah
tak mau kalah untuk menyambut kedatangan kami. Kami menghabiskan waktu
sepanjang hari di sana. Kami pulang dengan hati senang.
Kedua paragraf diatas
memiliki makna yang sama, tetapi dalam pemilihan kata atau diksi, paragraf kedua lebih menarik bagi pembaca
karena enak dibaca dan tidak membosankan.
Dalam memilih kata-kata, paling tidak terdapat dua
persyaratan pokok yang harus diperhatikan
yakni ketepatan dan kesesuian (Sabarti Akhadiah.,dkk, 1996:83). Dikatakan tepat, karena kata-kata yang dipilih mesti
secara tepat mengungkapkan apa yang ingin diungkapkan sehingga antara penulis
dan pembacanya tidak memiliki perbedaan tafsir terhadap kata-kata yang
digunakan dalam tulisan itu. Dikatakan sesuai, karena kata-kata yang dipilih
mesti disesuikan dengan konteks, kondisi, dan keadaan pembaca. Untuk itu, kita
perlu memperhatikan adanya nilai-nilai
sosial dan sasaran tulisan (Waluyo
Wibowo, 2003:73).
Selain itu, menurut S. Effendi (1995:170) kata-kata
yang dapat kita pilih dalam menyusun karya ilmiah yaitu:
a.
kata-kata dengan makna harfiah
(denotasi), bukan makna kias (konotasi),
b.
kata-kata yang dikenal, bukan yang
kurang dikenal pembaca,
c.
kata-kata dengan makna tepat,
d.
istilah teknis dibatasi,
e.
istilah dengan konsisten.
C.
Pembentukan
Kata
Pembentukkan kata atau istilah
adalah kata yang mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan atau sifat yang
khas dalam bidang tertentu.Terdapat dua
cara dalam pembentukan kata, yaitu dari luar dan dari dalam bahasa Indonesia. Pembentukan
dari dalam yaitu terbetuknya kata baru dengan dasar kata yang sudah ada,
sedangkan dari luar melalui proses serapan.
D. Contoh Diksi yang Tepat dan Yang Tidak Tepat
Berikut ini
adalah contoh pemilihan kata yang tepat:
- Sidik tidak mau lagi mendengarkan kata-kata temannya yang sudah terbukti suka membual. Ia mengabaikan janji-janji yang diobral temannya itu dan menganggapnya angin lalu.
- Pingkan sangat senang mendengar kabar itu dan ia berkata kepada teman-temannya dengan bangga "Ternyata saya lulus".
Jika dilihat
konteksnya, dalam kalimat (1) itu kata mengabaikan lebih tepat dari pada
mengacuhkan yang berarti 'memperhatikan' dan pada kalimat (2) kata berkata
lebih tepat daripada berkilah yang maknanya 'berdalih'.
Pilihan kata
yang tidak benar dapat dicontohkan seperti yang berikut ini.
- Polisi telah berhasil menangkap pelaku pengrusakan gedung sekolah itu.
- Kedua remaja itu telah lama saling menyinta.
Kata pengrusakan dan menyinta
bukanlah kata yang berbentuk secara benar. Bentuk yang benar adalah perusakan
dan mencinta
Marilah kita
perhatikan kalimat pada paragraf penutup surat berikut ini:
- Atas segala bantuan itu, saya ucapkan terima kasih.
- Atas kemudahan yang telah saya terima, saya sampaikan terima kasih.
Pada dasarnya
kedua kalimat di atas cukup takzim sehingga kita perlu menggunakan kata haturkan,
misalnya untuk menggantikan ucapkan dan sampaikan. Selain ketiga
hal di atas, keadaan lawan bicara
juga perlu diperhatikan sehingga pesan yang akan disampaikan terpahami.
Marilah kita
perhatikan sebuah contoh pemilihan kata dalam sebuah sambutan pada suatu
peresmian.
- Saudara-saudara, atas nama Pemerintah, saya menyampaikan salut setinggi-tingginya atas partisipasi aktif yang Anda berikan dengan penuh dedikasi dan penuh antusias dalam menyelesaikan proyek irigasi ini sebagai salah satu kegiatan dari pilot proyek modernisasi dalam semua aspek kehidupan kita, baik mental maupun spritual."
Sekalipun
pemilihan katanya sudah memenuhi syarat seperti yang diuraikan di atas, jika
khalayak pendengarnya bukan golongan terpelajar dan tidak biasa dengan
kata-kata yang digunakan itu, ada kemungkinan pesan tidak terpahami dengan
baik. Penggunaan kata yang digali dari khazanah bahasa Indonesia lebih
memungkinkan pemahamannya. Jika hal itu akan dilakukan, berikut ini padanannya
dalam bahasa Indonesia.
· Salut : hormat, penghormatan
· Partisipasi : peran serta
· Dedikasi : pengabdian (pengorbanan tenaga dan waktu untuk keberhasilan suatu
usaha atau tujuan mulia)
·
Antusias : bersemangat
·
Irigasi : pengairan (cara pengaturan pembagian air untuk sawah)
·
Pilot proyek : proyek perintis, percontohan