Rabu, 14 Mei 2014

DIKSI DALAM KARYA TULIS ILMIAH


DIKSI DALAM KARYA TULIS ILMIAH

A.    Pengertian Diksi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diksi diartikan sebagai pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan. Dari pernyataan itu tampak bahwa penguasaan kata seseorang akan mempengaruhi kegiatan berbahasanya, termasuk saat yang bersangkutan membuat karangan.
Menurut Wikipedia, diksi dalam  arti aslinya dan pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara. Arti kedua, arti "diksi" yang lebih umum digambarkan dengan enunsiasi kata seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan pengucapan dan intonasi, daripada pemilihan kata dan gaya.
Setiap kata memiliki makna tertentu untuk membuat gagasan yang ada dalam benak seseorang. Bahkan makna kata bisa saja “diubah” saat digunakan dalam kalimat yang berbeda. Hal ini mengisyaratkan bahwa makna kata yang sebenarnya akan diketahui saat digunakan dalam kalimat (Ukun Suryaman, 1998:8). Lebih dari itu, bisa saja menimbulkan dampak atau reaksi yang berbeda jika digunakan dalam kalimat yang berbeda.
Berdasarkan hal itu dapat dikatakan bahwa diksi memegang tema penting sebagai alat untuk mengungkapkan gagasan dengan mengharapkan efek agar sesuai.
Didalam karangan ilmiah, kata yang digunakan harus berbentuk formal dan digunakan secara konsisten (taat asas). Oleh karena itu, pilihan kata dalam penulisan karangan ilmiah harus baik dan benar, sehingga makna yang diacunya tepat dan jelas (T. Fatimah Djajasudarma, 1999:77).
Diksi merupakan pemilihan kata dan kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu dalam bahasa lisan dan tulisan. Untuk mendapatkan efek tertentu itu, seseorang yang akan berbicara atau menulis harus memilih kata yang dapat mewakili gagasannya dengan tepat. Disamping itu, ia juga memerlukan kemampuan untuk membedakan nuansa-nuansa makna dari gagasan yang disampaikan dan menemukan kata yang sesuai dengan konteks pemakaiannya.
Contoh :
1.         Kata pahit bersinonim dengan kata getir. Ketika ingin menggunakan kedua kata tersebut kita harus memperhitungkan konteksnya kata pahit dan getir berterima pada konstruksi pengalaman yang pahit dan pengalaman yang getir, tetapi tidak berterima pada konstruksi obat itu getir.
2.         Kata meneliti, menyelidiki, dan mendiagnosis secara praktis mengacu kepada aktifitas yang hampir sama, akan tetapi ketiga kata tersebut tidak bisa saling menggantikan. Maksudnya, masing-masing kata memiliki penggunaan yang berbeda sesuai dengan nuansa makna yang dikandungnya. Kata meneliti digunakan untuk menyebut aktifitas yang terencana, sistematis, dan menggunakan metode ilmiah. Hasil dari aktivitas ini dikomunikasikan dalam bentuk tertulis yang disebut dengan laporan penelitian.
Kata menyelidiki digunakan untuk menyebut aktifitas yang mengacu kepada upaya-upaya  mencari bukti-bukti yang mendukung pernyataan seseorang. Aktivitas ini dilakukan oleh orang-orang yang berwenang menangani kasus hukum, seperti polisi. Produk dari aktivitas ini dikenal dengan hasil penyelidikan.
Kata mendiagnosis terkait dengan aktivitas para medis-dokter-yang dilakukan atas dasar keluhan pasiennya. Aktivitas itu dilakukan dalam rangka menyimpulkan jenis penyakit yang diderita pasien melalui gejala-gejala yang dirasakan pasiennya atau indikator-indikator lain yang terlihat dari fisik pasien. Hasil dari aktivitas ini dikenal dengan diagnosis (Hetti Waluati Triana, 2003: 41).
Jika dalam  bahasa setiap kata hanya melambangkan tepat suatu objek atau konsep, akan berkuranglah kesulitan komunikasi antara anggota suatu  masyarakat. Kenyataannya tidak demikian. Hubungan antara kata dengan maknanya sering menjadi rumit.
Ada beberapa kata yang mempunyai makna yang sama atau mirip, seperti kata-kata:      
1)      muka, paras, wajah, tampang;
2)      hasil, produksi, prestasi, keluaran;
3)      rancangan, rencana, desain;
4)      urutan, peringkat;
5)      musykil, sulit, rumit, sukar.
Ada pula kata-kata yang mempunyai beberapa makna yang berdekatan atau erat hubungannya, misalnya kata-kata seperti:
1)      coklat
2)      canggih
3)      susah
4)      laju
5)      asam
Di samping itu masih ada lagi kelompok kata-kata yang sama bunyi atau tulisannya (homofoni =  sama tulisan) yang mempunyai arti yang sama sekali tidak berhubungan (Ukun, et al, 1998:84).
Contoh:
Homograf
1)      teras = inti (e diucapkan seperti dalam kata “beras”)
teras = bagian bangunan (e diucapkan seperti dalam kata “elok”)
2)      sedan = tangis
sedan = mobil
Homofoni
1)      buku (kitab)
buku (bagian diantara 2 ruas)
2)      tampang (muka)
tampang (bibit)
3)      salam (nama pohon, daunnya untuk bumbu)
salam (damai, kependekan dari assalamu’alaikum, pernyataan hormat, tabik dan sebagainya)
4)      rapat (pertemuan)
rapat (tidak ada/pendek jaraknya)
B.     Syarat-Syarat Pemilihan Kata
Menurut Ukun Suryaman (1998:169), diksi atau pilihan kata harus diarahkan pada kata yang:
a.          tepat, yaitu kata  yang maknanya sesuai  dengan makna yang ingin disampaikan dan sesuai dengan tempatnya dalam kalimat;
b.         benar, yaitu kata yang penulisannya sesuai dengan kaidah ejaan dan pembentukan kata;
c.          baku/lazim, yaitu kata yang sudah dibakukan atau sudah menjadi milik bahasa Indonesia dan bukan kata-kata yang hanya atau masih dipakai di daerah-daerah tertentu.
Contoh paragraf :
a.          Hari ini Aku pergi ke pantai bersama dengan teman-temanku. Udara di sana sangat sejuk. Kami bermain bola air sampai tak terasa hari sudah sore. Kami pun pulang tak lama kemudian.
b.         Liburan kali ini Aku dan teman-temanku berencana untuk pergi ke pantai. Kami sangat senang ketika hari itu tiba. Begitu sampai disana kami sudah disambut oleh semilir angin yang tak heti-hentinya bertiup. Ombak yang berkejar-kejaran juga seolah tak mau kalah untuk menyambut kedatangan kami. Kami menghabiskan waktu sepanjang hari di sana. Kami pulang dengan hati senang.
Kedua paragraf diatas memiliki makna yang sama, tetapi dalam pemilihan kata atau diksi, paragraf  kedua lebih menarik bagi pembaca karena enak dibaca dan tidak membosankan.
Dalam memilih kata-kata, paling tidak terdapat dua persyaratan pokok yang harus diperhatikan  yakni ketepatan dan kesesuian (Sabarti Akhadiah.,dkk, 1996:83). Dikatakan tepat, karena kata-kata yang dipilih mesti secara tepat mengungkapkan apa yang ingin diungkapkan sehingga antara penulis dan pembacanya tidak memiliki perbedaan tafsir terhadap kata-kata yang digunakan dalam tulisan itu. Dikatakan sesuai, karena kata-kata yang dipilih mesti disesuikan dengan konteks, kondisi, dan keadaan pembaca. Untuk itu, kita perlu memperhatikan adanya  nilai-nilai  sosial dan sasaran tulisan (Waluyo Wibowo, 2003:73).
Selain itu, menurut S. Effendi (1995:170) kata-kata yang dapat kita pilih dalam menyusun karya ilmiah yaitu:
a.         kata-kata dengan makna harfiah (denotasi), bukan makna kias (konotasi),
b.        kata-kata yang dikenal, bukan yang kurang dikenal pembaca,
c.         kata-kata dengan makna tepat,
d.        istilah teknis dibatasi,
e.         istilah dengan konsisten.

C.    Pembentukan Kata
Pembentukkan kata atau istilah adalah kata yang mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan atau sifat yang khas dalam bidang tertentu.Terdapat dua cara dalam pembentukan kata, yaitu dari luar dan dari dalam bahasa Indonesia.  Pembentukan dari dalam yaitu terbetuknya kata baru dengan dasar kata yang sudah ada, sedangkan dari luar melalui proses serapan.
D.    Contoh Diksi yang Tepat dan Yang Tidak Tepat
Berikut ini adalah contoh pemilihan kata yang tepat:
  1. Sidik tidak mau  lagi mendengarkan kata-kata temannya yang sudah terbukti suka membual. Ia mengabaikan janji-janji yang diobral temannya itu dan menganggapnya angin lalu.
  2. Pingkan sangat senang mendengar kabar itu dan ia berkata kepada teman-temannya dengan bangga "Ternyata saya lulus".
Jika dilihat konteksnya, dalam kalimat (1) itu kata mengabaikan lebih tepat dari pada mengacuhkan yang berarti 'memperhatikan' dan pada kalimat (2) kata berkata lebih tepat daripada berkilah yang maknanya 'berdalih'.
Pilihan kata yang tidak benar dapat dicontohkan seperti yang berikut ini.
  1. Polisi telah berhasil menangkap pelaku pengrusakan gedung sekolah itu.
  2. Kedua remaja itu telah lama saling menyinta.
Kata pengrusakan dan menyinta bukanlah kata yang berbentuk secara benar. Bentuk yang benar adalah perusakan dan mencinta

Marilah kita perhatikan kalimat pada paragraf penutup surat berikut ini:
  1. Atas segala bantuan itu, saya ucapkan terima kasih.
  2. Atas kemudahan yang telah saya terima, saya sampaikan terima kasih.
Pada dasarnya kedua kalimat di atas cukup takzim sehingga kita perlu menggunakan kata haturkan, misalnya untuk menggantikan ucapkan dan sampaikan. Selain ketiga hal di atas, keadaan lawan bicara juga perlu diperhatikan sehingga pesan yang akan disampaikan terpahami.
Marilah kita perhatikan sebuah contoh pemilihan kata dalam sebuah sambutan pada suatu peresmian.
  1. Saudara-saudara, atas nama Pemerintah, saya menyampaikan salut setinggi-tingginya atas partisipasi aktif yang Anda berikan dengan penuh dedikasi dan penuh antusias dalam menyelesaikan proyek irigasi ini sebagai salah satu kegiatan dari pilot proyek modernisasi dalam semua aspek kehidupan kita, baik mental maupun spritual."
Sekalipun pemilihan katanya sudah memenuhi syarat seperti yang diuraikan di atas, jika khalayak pendengarnya bukan golongan terpelajar dan tidak biasa dengan kata-kata yang digunakan itu, ada kemungkinan pesan tidak terpahami dengan baik. Penggunaan kata yang digali dari khazanah bahasa Indonesia lebih memungkinkan pemahamannya. Jika hal itu akan dilakukan, berikut ini padanannya dalam bahasa Indonesia.
·       Salut : hormat, penghormatan
·       Partisipasi : peran serta
·     Dedikasi : pengabdian (pengorbanan tenaga dan waktu untuk keberhasilan suatu usaha atau tujuan mulia)
·        Antusias : bersemangat
·         Irigasi : pengairan (cara pengaturan pembagian air untuk sawah)
·         Pilot proyek : proyek perintis, percontohan